PERILAKU
SEKSUALITAS DI KALANGAN REMAJA
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
nama : ahyuni
program : D3 KEBIDANAN
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejalan dengan pembangunan yang semakin maju dan semakin
global terjadi banyak kemajuan-kemajuan yang disebut modernisasi. Walau tidak dipungkiri
memberikan banyak dampak positif diberbagai bidang tetapi dipihak lain juga
memberikan dampak negatif. Kalangan yang rentan terhadap dampak negatif
modernisasi adalah remaja.
Salah satu konflik antar generasi dalam dunia modern
adalah masalah tingkah laku seksual. Pakar di bidang sosial percaya bahwa
seksualitas bukan berkembang secara natural, tetapi merupakan hasil pendidikan
sosial. Seperti halnya manusia belajar berteman dan bercinta, demikianlah juga
perkembangan seksualitas. Karena merupakan proses belajar bersama, jadi
kebiasaan dan budayalah yang menentukan apakah tindakan seksualitas seseorang
itu dianggap normal atau tidak. Konsekuensinya tingkah laku seksual di satu
tempat yang dianggap normal dan baik, mungkin akan menjadi hal yang amat tabu
di konteks yang lain. Tidak heran dalam era globalisasi, masalah pendidikan
seks menjadi ajang konflik nilai-nilai keluarga dan budaya yang amat kompleks. (Media Indonesi Online. 2005)
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari
latar belakang dan masalah-masalah tersebut, penelitian merasa tertarik untuk
mengetahui perilaku seks pra nikah dikalangan remaja
C. Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Untuk mendapatkan informasi mengenai perilaku seks
pranikah pada siswa.
2. Tujuan Khusus
a.
Untuk mendapatkan gambaran tentang faktor pemicu (presponding
factor) yang mempengaruhi
siswa melakukan seks pra nikah
b.
Untuk mendapatkan gambaran tentang faktor
pendukung (enabling factor) yang mempengaruhi siswa melakukan seks pra nikah.
D.
Manfaat
Penelitian
1.
Manfaat Bagi
Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan acuan dalam menyusun program untuk
menanggulangi perilaku seks bebas, terutama dikalangan Siswa.
2.
Manfaat bagi Institusi penelitian
Dapat dijadikan acuan dalam menanggulangi perilaku seks
bebas, terutama dikalangan Siswa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tinjaun Umum Tentang Perilaku
Perilaku secara umum dapat dinyatakan sebagai
respon/reaksi individu terhadap stimulasi baik, yang berasal dari luar maupun
dari dalam dirinya. Perilaku manusia sangatlah kompleks dan mempunyai ruang
lingkup yang sangat luas. Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit
untuk dibatasi sebab perilaku merupakan resultan dari berbagai faktor baik
internal maupun eksternal.
Perilaku dipandang dari segi biologi adalah suatu
aktivitas atau kegiatan organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada
hakekatnya adalah suatu aktivitas daripada manusia itu sendiri.
ada 4 alasan yang menyebabkan seseorang berperilaku
yaitu :
a. Thougt and Feeling (pemikiran
dan perasaan). Bentuk dari pemikiran dan
perasaan ini adalah pengetahuan, kepercayaan, sikap dan nilai-nilai.
b. Personal Reference (orang penting sebagai referensi). Orang-orang yang
dianggap penting sebagai referensi seperti : guru, alim ulama, kepala suku,
kepala desa, dan sebagainya.
c. Culture (kebudayaan) bentuknya seperti :
perilaku norma, kebiasaan, nilai-nilai, dan penggunaan sumber-sumber didalam
suatu masyarakat atau menghasilkan suatu pola hidup yang pada umumnya disebut
kebudayaan.
d.
Resources
(sumber-sumber) yang termasuk dalam sumber disini adalah fasilitas, uang,
waktu, tenaga kerja, pelayanan, keterampilan dan sebagainya.
Dalam mendalami masalah-masalah perilaku kesehatan bagi kepentingan
penelitian, maka perilaku kesehatan, digolongkan sebagai berikut :
a.
Perilaku sadar yang menguntungkan kesehatan
b.
Perilaku sadar yang merugikan kesehatan
c.
Perilaku tidak sadar yang menguntungkan kesehatan
d.
Perilaku tidak sadar yang merugikan kesehatan
B. Tinjauan Umum Tentang Seksualitas Remaja
- Pengertian
Seksualitas
Kata seksualitas berasal dari kata latin seksus yang berarti jenis kelamin. Defenisi seksualitas dapat
diuraikan ke dalam sex act dan sex behavior. Seks act merupakan konsepsi seksual yang berkaitan dengan defenisi
seksualitas sebagai aktivitas persetubuhan untuk mengungkapkan rasa kasih
sayang. Sedangkan sex behavior adalah berkaitan dengan psikologi,
sosial, budaya dari seksualitas seperti hal-hal mengenai ketertarikan pada
erotisitas, sensualitas, pornografi dan ketertarikan dengan lawan jenis.
Seks adalah perbedaan badani atau biologis perempuan dan laki‑laki,
yang sering disebut jenis kelamin (Suarta, 2007). Seksualitas menyangkut
berbagai dimensi yang sangat luas yaitu dimensi biologis, sosial, perilaku dan
kultural.
Kesehatan seksual adalah kemampuan seseorang mencapai
kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang terkait dengan seksualitas,
hal ini tercermin dari ekspresi yang bebas namun bertanggung jawab dalam
kehidupan pribadi dan sosialnya. Bukan hanya tidak adanya kecacatan, penyakit
atau gangguan lainnya. Kondisi ini hanya bisa dicapai bila hak seksual individu
perempuan dan laki‑laki diakui dan dihormati seksualitasnya. (Qamariyah, 2005).
Menurut Masters, Jonhson dan Kolodny (Irawati, 1999),
seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas, diantaranya adalah
dimensi biologis, psikologi, sosial dan kultur.
a.
Dimensi Biologis
Berdasarkan perspektif biologis (fisik),
seksualitas berkaitan dengan anatomi dan fungsional alat reproduksi manusia dan
dampaknya bagi kehidupan fisik atau biologis manusia.
b.
Dimensi Psikologis
Berdasarkan dimensi ini, seksualitas
berhubungan erat dengan bagaimana manusia menjalani fungsi seksual, sesuai
dengan identitas jenis kelamin dan bagaimana dinamika aspek-aspek psikologis
(kognisi, emosi, motivasi, perilaku) terhadap seksualitas itu sendiri, serta
bagaimana dampak psikologis dari keberfungsian seksualitas dalam kehidupan
manusia.
c.
Dimensi Sosial
Dimensi sosial melihat bagaimana
seksualitas muncul dalam relasi antar manusia, bagaimana seorang dapat
beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan tuntutan peran dari lingkungan
sosial, serta bagaimana sosialisasi peran dan fungsi seksualitas dalam
kehidupan manusia.
d.
Dimensi Kultur-Moral
Dimensi ini menunjukkan bagaimana
nilai-nilai budaya dan moral mempunyai penilaian terhadap seksualitas. Misalnya
di negara timur, orang belum mengenal ekspresif mengungkapkan seksualitas,
berbeda dengan di negara barat, seksualitas umumnya menjadi salah satu aspek
kehidupan yang terbuka dan menjadi hak asasi manusia.
- Tujuan
Seksualitas
Tujuan seksualitas secara umum adalah meningkatkan
kesejahteraan kehidupan manusia. Secara khusus ada dua tujuan seksualitas,
yaitu :
a.
Prokreasi (menciptakan atau meneruskan keturunan)
b.
Rekreasi (memperoleh kenikmatan biologis/seksual)
Kedua fungsi ini harus berjalan seiring. Berdasarkan
pendekatan religius, Tuhan menggariskan kedua tujuan ini sebagai bentuk
keseimbangan hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh manusia dalam suatu
ikatan ernikahan yang sah secara hukum negara dan agama.
- Dimensi
Pribadi Kaitannya dengan Seksualitas
Ada
tiga elemen dimensi pribadi terkait dengan seksualitas, yaitu :
a.
Harga diri
Adalah konsep individu tentang dirinya yang
menggambarkan pemaknaan tentang diri serta seberapa jauh kepuasan yang
didapatkan dari gambaran tentang diri tersebut. Hal ini akan sangat
mempengaruhi tingkah laku seseorang.
b.
Keterampilan Komunikasi
Yaitu cara remaja mengekspresikan keinginan pendapatnya
tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan seksualitasnya. Bila remaja
mampu mengkomunikasikannya dengan baik maka akan mempermudah penanggulangan
masalah seksualitas yang dialaminya.
c.
Keterampilan Memutuskan
Sepanjang kehidupan banyak keputusan mengenai
seksualitas yang harus diambil, misalnya perilaku seksual yang dipilih, memilih
pasangan hidup, perencanaan kehamilan, dan lain-lain.
- Perkembangan
Seksualitas Remaja
Perkembangan seksual remaja dapat ditelusuri melalui tiga
aspek yang mendukung, yaitu
a.
Seksual Fantasi
Seksual awal remaja biasanya tidak lepas dari upaya
untuk berfantasi mengenai segala seluk beluk masalah seksual sampai dengan
mimpi basah. Ada berbagai alasan mengapa remaja melakukan fantasi seksual,
yaitu untuk menikmati aktivitas seksual secara pribadi untuk menggantikan
penyaluran seksual secara nyata, untuk mencoba-coba membangkitkan kepuasan
seksual, dan untuk latihan sebelum perilaku seksual tersalurkan secara nyata.
b.
Independensi
Kedekatan remaja dengan kelompok bermainnya sangat
membantu dalam upaya mendapatkan support dan bimbingan dari perilaku
yang dilakukan. Walaupun tidak dipungkiri bahwa kelompok bermain itu sendiri
memiliki pola aturan, dan tuntutan perilaku yang dikehendaki. Namun remaja
lebih memilih teman sebayanya sebagai pelarian keterikatan dari orang tua.
c.
Reaksi Orang Tua
Sikap orang tua terhadap masalah seksual sangat
berpengaruh terhadap seksual remaja. Bila orang tua mengagungkan keperawanan
maka biasanya anak akan memiliki nilai yang sama mengenai keperawanan. Walaupun
tidak semua orang tua memiliki sikap kaku dan keras terhadap perilaku seksual
terhadap remaja, namun hampir sebagian besar orang tua tidak mau
membiarkan anaknya memiliki sikap
seksual yang bebas.
d.
Sikap Positif Terhadap seksualitas
Berkaitan dengan banyaknya anggapan masyarakat yang
salah tentang seks itu tabu, jorok, seks untuk mendapatkan fasilitas/materi,
dan sebagainya maka penting diluruskan kembali sikap masyarakat terhadap seks.
Anggapan yang salah dapat berpengaruh terhadap perilaku, misalnya penyelewengan
pemanfaatan seks dalam kehidupan serta gangguan fungsi seksual pada masa
mendatang.
Oleh karena itu, sikap positif terhadap seks menjadi hal
yang sangat penting. Berikut tingkah laku yang menunjukkan sikap positif
terhadap seksualitas :
1.
Menempatkan seks sesuai dengan fungsi dan tujuannya.
2.
Tidak menganggap seks itu jijik, tabu atau jorok.
3.
Tidak menjadikan candaan, bahan obrolan “murahan”.
4.
Membicarakan dalam konteks ilmiah atau belajar untuk
memahami diri dari orang lain serta pemanfaatan secara baik dan benar sesuai
dengan fungsi dan tujuan seksualnya.
- Pola-Pola
Perilaku Seksual Remaja
a.
Masturbasi
Masturbasi merupakan tindakan yang bertujuan untuk memenuhi hasrat
seksual seseorang dengan merangsang alat kelamin sendiri dengan tangan atau
alat. Ada perbedaan presentasi antara laki-laki dan perempuan dalam melakukan
tindakan masturbasi. Hampir 82% dari laki-laki usia 15 tahun melakukan
masturbasi, sedangkan hanya 20% dari perempuan usia 15 tahun yang melakukan
masturbasi. Perilaku masturbasi ini sendiri secara psikologis menimbulkan
kontroversi parasaan antara perasaan “bersalah” dan “puas”.
b.
Oral-genital
Seks
Tipe ini sekarang banyak dilakukan oleh remaja untuk menghindari
terjadinya kehamilan. Tipe hubungan seksual ini merupakan alternatif aktivitas
seksual yang dianggap aman oleh remaja.
c. Seksual Intercourse
Ada dua perasaan yang saling bertentangan saat remaja pertama kali
melakukan seksual intercourse.
Pertama, muncul perasaan nikmat, menyenangkan, indah, intim, dan puas. Pada
sisi lain muncul perasaan cemas, tidak nyaman, khawatir, kecewa, dan perasaan
bersalah. Dari hasil penelitian tampak bahwa remaja laki-laki yang paling
terbuka untuk menceritakan pengalaman intercoursenya
dibanding dengan remaja perempuan.
d. Petting
Petting adalah upaya untuk membangkitkan dorongan seksual antara jenis
kelamin dengan tanpa melakukan intercourse.
Usia 15 tahun ditemukan bahwa 39% remaja perempuan melakukan petting, sedangkan 57% remaja laki-laki
melakukan petting (Ratna Eliyawati
1999).
C. Tinjauan Umum Tentang Perilaku Seks Pranikah
1. Perilaku Seksual Remaja
Permasalah seksualitas yang umumnya dihadapi oleh remaja
adalah dorongan seksual yang meningkat,
sementara secara normatif mereka belum menikah, sehingga belum diijinkan untuk
melakukan hubungan seksual. Sementara
itu usia kematangan seksual mereka sudah semakin cepat, dilain pihak usia
pernikahan malah semakin mundur karena perubahan tuntutan sosial, kesadaran
orang akan pendidikan dan karir pekerjaan makin tinggi.
2. Pengertian Seks Pranikah
Seks Pra Nikah adalah kontak seksual yang dilakukan
berpasangan dengan lawan jenis atau sesame jenis contohnya pegangan tangan,
cium bibir, cium pipi, petting, dan berhubungan intim, yang dilakukan tanpa
ikatan nikah yang sah menurut agama dan Undang-undang pernikahan.
3. Faktor-faktor Penyebab Seks Pranikah
a.
Kurang menghayati ajaran agama.
Pengetahuan norma sesuai ajaran agama yang kurang disertai penghayatan,
dapat menimbukan perilaku seksual menyimpang atau melakukan hubungan seks
pranikah.
b.
Kurang pengetahuan mengenai penyebab dan akibat SPN.
c.
Terlibat dalam pergaulan bebas.
Salah memilih teman dapat merugikan masa depan karena mengikuti gaya
hidup yang tidak sehat, seperti gaya seks bebas, penggunaan narkoba, tindak
kriminal dan kekerasan.
d.
Pengawasan masyarakat semakin menurun.
Masyarakat tidak lagi melakukan pengawasan terhadap perbuatan yang
melanggar nilai-nilai sosial dan budaya. Pengawasan yang semakin longgar
terhadap perilaku menyimpang, termasuk hubungan seks pranikah, menyebabkan kepatuhan
terhadap nilai-nilai sosial budaya menjadi menurun. (Licah.com, Mei 2005)
e.
Trend Seksualitas baru dikalangan remaja.
"New Morality" dikenal sebagai "gerakan era baru"
atau aktifitas moral baru yang menghalalkan : hubungan seks pranikah, kehidupan
pornografi, setanisme, penyalahgunaan obat-obat dan pemberontakan terhadap
otoritas orang tua.
BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
Permasalah seksualitas yang umumnya dihadapi oleh remaja
adalah dorongan seksual yang meningkat,
sementara secara normatif mereka belum menikah, sehingga belum diijinkan untuk
melakukan hubungan seksual. Sementara
itu usia kematangan seksual mereka sudah semakin cepat, dilain pihak usia
pernikahan malah semakin mundur karena perubahan tuntutan sosial, kesadaran
orang akan pendidikan dan karir pekerjaan makin tinggi.
SARAN
Ada baiknya kita lebih
memberikan informasi yang lebih jelas terhadap perilaku seksual,karena rasa
keingintahuan ramaja yang sangat besarsangat dikhawatirkan jika mereka mencari
infornasi dengan cara yang salah.